Jerat Dana Pinjaman Bikin Warga Nganjuk ‘Sekarat’

Nganjuk, Jatim Hari Ini – Wanti (43), warga Nganjuk harus rela kehilangan rumah dan tanahnya gara-gara hutang kecil menjadi segunung.

Istilah gali lubang tutup lobang seringlah didengar di kalangan masyarakat atau enutup hutang dengan hutang. Parahnya hutang baru itu rata-rata didapatkan dari para renteiner yang mematok bunga jauh lebih tinggi dari hutang sebelumnya.

“Mau gimana lagi mas, saat terdesak waktunya nutup hutang belum ada uang terpaksa saya mencari cara cepat dan tidak ribet ya di situ para renteiner,” ujarnya.

Kemudahan mengakses dana pinjaman dari per-orangan menjadi pilihan saat otak sedang kalut, walaupun dengan bunga yang tidak masuk akal tetap mereka terima, asalkan masalah hari itu selesai dan untuk masalah baru tidak mereka pikirkan matang-matang.

Pada akhirnya menjerat mereka sedemikian rupa hingga harus rela kehilangan asset demi menutupi hutang yang sudah menggunung.

Menurut salahsatu warga, Linda yang pernah terjerat juga, saat ini dapin (Dana Pinjaman), marak di desa-desa.

Pelaku bisnis dapin ini, tidak hanya pemilik modal tebal saja, tapi orang biasa pun juga menjamur dan bahkan mulai digeluti oleh kawula muda.

Iming-iming usaha mudah tanpa tenaga tetapi mendapatkan keuntungan yang besar menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelaku bisnis dapin.

Beragam bunga yang mereka tawarkan mulai dari 10% per bulan, 10% per minggu, hingga bunga ber bunga, anehnya berapun mereka mematok bunga tetap saja ada yang pinjam.

Ini fenomena, yang nyata terjadi di desa-desa dan rata-rata korbannya adalah kaum perempuan atau ibu-ibu.

Merry, Penggiat Kemandirian Ekonomi Perempuan mengamati, kaum rentan perempuan sering sekali terlibat hutang kepada bank mingguan (bank plecit) dan koperasi simpan pinjam yang memang menyasar para ibu-ibu.

“Mereka dijadikan target dan biasanya dari situlah masalah mulai muncul, ketidak mampuan para nasabah ini mengelola hutang hingga membuatnya terjerat dalam pusaran hutang, yang pada akhirnya mereka memilih menggali lobang hutang yang lebih besar lagi di para pelaku dapin, puncak nya asset lah yang terjual demi merecovery hutang mereka,” katanya.

“Tidak berhenti di sini saja, efek yang ditimbulkan, permasalahan keluarga acap kali juga terjadi, KDRT misalnya atau perceraian karena rata-rata suami atau pasangan nya tidak tahu menahu gulungan hutang si istri,” ujarnya.

Lanjutnya, dengan adanya program Presiden, Koperasi Desa Merah Putih, tentu masyarakat desa berharap banyak dengan program tersebut, agar bisa memutus lingkaran setan rentainer yang berkedok koperasi, bank harian, bank mingguan maupun pelaku bisnis dapin pribadi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *