Rapat Kerja DPRD Nganjuk Bahas Penyerapan Gabah Petani yang Terhambat

Nganjuk, SERU.co.id – Rapat kerja antara Komisi I, II, dan IV DPRD Kabupaten Nganjuk dengan DPC Asosiasi Kepala Desa (AKD), aliansi mahasiswa, serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) berlangsung di Aula Gedung DPRD pada Rabu (26/03/2025). Fokus utama rapat adalah membahas permasalahan terkait penyerapan hasil panen gabah petani oleh Bulog yang tengah menghadapi kendala.

Dalam rapat tersebut, Ketua Asosiasi Kepala Desa (AKD) Nganjuk, Dedy Nawan, menyampaikan keluhan para petani terkait harga gabah yang anjlok. Saat ini, harga gabah kering di Nganjuk hanya berkisar Rp 5.700 hingga Rp 5.800 per kilogram, jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang seharusnya Rp 6.500 per kilogram. Dedy menegaskan bahwa harga ini sangat merugikan petani.

“Baru kali ini harga gabah lebih rendah. Harga ini tidak sesuai dengan biaya produksi yang terus meningkat,” ujar Dedy.

Ia mendesak pemerintah untuk menyesuaikan harga gabah dengan HPP atau merevisi HPP yang ada. Selain itu, Dedy juga meminta Bulog untuk kembali berfungsi dengan baik, yakni menyerap gabah petani secara maksimal.

Wakil Ketua DPRD Kabupaten Nganjuk, Jianto, menanggapi keluhan tersebut dengan menyatakan pentingnya pendampingan dalam proses penyerapan gabah oleh Bulog. Ia berharap, meskipun gabah petani tidak memenuhi standar, Bulog tetap bisa menerima hasil panen dengan pendampingan yang baik. Jianto juga menekankan agar Bulog melakukan evaluasi internal terkait masalah ini sebelum panen berikutnya.

Imam Mahdi, Pemimpin Perum Bulog Kantor Cabang Kediri, menyatakan komitmennya untuk segera menindaklanjuti aspirasi petani dan Pemkab Nganjuk.

“Kami akan berkoordinasi dengan pusat untuk meningkatkan penyerapan gabah di Nganjuk dan memastikan harga pembelian sesuai dengan HPP yang telah ditetapkan pemerintah,” ungkap Imam.

Saat ini, Bulog Nganjuk melalui Kancab Kediri telah menyerap gabah dari petani setempat hingga mencapai 10.000 ton per hari. Namun, petani harus melalui perantara yang telah ditentukan, yaitu Babinsa dan Kepala Desa (Kades), untuk bisa mengakses penyerapan tersebut.

Salah satu Kepala Desa dari Desa Tanjung Kertosono, Rois, mengungkapkan bahwa anjloknya harga gabah sudah dirasakan oleh para petani. Beberapa petani bahkan mengirimkan 8 ton gabah, tetapi hanya diterima 3 ton oleh Bulog, meskipun sudah ada pengawalan dari Babinsa dan PPL. Rois juga mempertanyakan apakah ada permainan di balik masalah ini, mengingat Bulog tidak mau menyerap gabah dengan alasan kualitasnya yang buruk.

Imam Mahdi menegaskan bahwa Bulog akan berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk TNI, Pemda, dan Dinas Pertanian, untuk memastikan penyerapan gabah berjalan lancar.

“Kami akan menjadwalkan prioritas panen dengan melibatkan semua pihak terkait untuk memudahkan petani dalam menjual gabah mereka,” tambah Imam.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, Itsna Shofiani, juga menyampaikan data terbaru dari Dinas Pertanian yang mencatat sekitar 40.000 ton gabah per hari yang dihasilkan oleh petani Nganjuk. Ia optimis, dengan adanya kerja sama dan masukan dari semua pihak, penyerapan gabah dapat berjalan tanpa kendala.

Rapat tersebut diakhiri dengan harapan agar semua pihak dapat bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini, demi kesejahteraan petani dan tercapainya ketahanan pangan yang lebih baik. (mif/wan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *