Setelah Tiga Kali Gagal Bunuh Diri, Ibu Satu Anak Akhirnya Nekat Ceburkan Diri ke Sungai Brantas

KEDIRI – Pasca Eka Feri Anggraini (28), warga Dusun Sonorejo, Desa Getas Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk. Nekat mengakhiri hidupnya dengan melompat dari Jembatan Kelutan Papar ke Sungai Brantas pada Minggu sore. Hingga Senin (10/03) sore, tim SAR gabungan dari Kabupaten Kediri dan Nganjuk belum menemukan jasad korban dalam operasi pencarian.

Kapolsek Papar, Iptu Djuri Winarto, menerangkan bahwa insiden terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Kejadian disaksikan Muhammad Bayu Hermansyah (20), warga Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk merupakan saudara korban dan Yoga Cahyo Yuwono (27), warga Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk diketahui pacar korban.

“Korban awalnya meminta pacarnya, Yoga Cahyo Yuwono, untuk mengantarnya ke pangkalan ojek di perempatan Papar. Setelah itu, korban dijemput oleh saudaranya, Muhammad Bayu Hermansyah, untuk pulang. Namun, di tengah perjalanan, korban meminta berhenti di atas jembatan dengan alasan ingin berfoto,” jelas Iptu Djuri, dalam keterangannya di laporan.

Tanpa diduga, korban lalu menyerahkan ponselnya kepada Bayu dan berpesan untuk menyampaikan permintaan maaf kepada ibunya. Seketika, korban menerobos pagar pembatas jembatan dan melompat ke Sungai Brantas. Bayu yang berada di dekatnya berusaha menahan, namun gagal. Korban langsung tenggelam terbawa arus dan tidak muncul lagi ke permukaan.

Berdasarkan keterangan Yoga Cahyo Yuwono kepada polisi, korban sebelumnya sudah tiga kali mencoba bunuh diri di lokasi berbeda. Yakni di Jembatan Semampir dua kali dan Jembatan Jongbiru sekali, namun selalu berhasil dicegah.

Diduga, korban mengalami tekanan mental akibat beberapa permasalahan pribadi. Salah satunya terkait dengan mantan pacarnya, Bayu, warga Desa Jepang, Kecamatan Pace, Nganjuk, yang memiliki anak di luar nikah dengannya.

Anak tersebut selama ini tinggal bersama korban di kos-kosan di Ngrancangan Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri. Namun, pada Januari lalu, mantan pacarnya mengambil anak tersebut dan membawanya ke rumahnya di Pace, Nganjuk.

“Setiap kali korban ingin menemui anaknya, ia sering mendapat perlakuan dan perkataan tidak mengenakkan dari keluarga mantannya. Selain itu, korban juga memiliki masalah di tempat kerjanya, di Koperasi Artha Pamenang. Korban dituduh mengambil uang karena ada selisih dalam pembukuan,” terang Yoga saat memberi penjelasan selaku saksi.

Tim SAR gabungan dari BPBD Kabupaten Kediri, Basarnas, dan relawan masih terus melakukan pencarian di sepanjang Sungai Brantas, namun hingga Senin sore, (10/3), korban belum ditemukan. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kediri, Stevanus Djoko Sukrisno, menjelaskan bahwa pencarian menghadapi 2 kendala, yakni cuaca dan derasnya arus sungai.

“Kendalanya ada di cuaca dan arus yang deras. Kemungkinan korban terbawa arus ke arah utara, dan di sana banyak cekungan bekas galian pasir. Debit air juga meningkat karena musim hujan,” katanya.

Hingga saat ini, penyisiran sudah mencapai Jembatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk, meskipun instruksi awal dari Basarnas hanya sejauh 6 kilometer dari lokasi kejadian. Pencarian melibatkan puluhan personel, terdiri dari 5 anggota Basarnas, 4 personel BPBD Kabupaten Kediri, serta bantuan dari BPBD Nganjuk.

Dua perahu karet dikerahkan untuk pencarian di jalur air, sementara tim lain menyisir jalur darat. Namun, pencarian semakin sulit karena tidak ada sekat atau bendungan yang dapat memperlambat arus sungai.

“Kasus ini berbeda dengan kejadian di Jembatan Semampir sebelumnya, di mana korban bisa ditemukan karena nyangkut di Bendungan Waruturi. Sekarang, arusnya terus mengalir tanpa ada hambatan hingga ke wilayah di luar Kediri,” tambah Stevanus.

BPBD Kabupaten Kediri telah berkoordinasi dengan BPBD Nganjuk untuk bersiap jika jenazah korban ditemukan di wilayah mereka. Sesuai prosedur, operasi pencarian akan terus dilakukan selama 7 hari. Jika dalam periode tersebut korban belum ditemukan, pencarian akan dihentikan.

“Hingga sore ini masih nihil. Kita harap korban segera ditemukan agar bisa dievakuasi. Jika melihat kondisi arus seperti ini, kemungkinan korban sudah terbawa cukup jauh, bahkan bisa saja sudah keluar dari wilayah Kediri,” pungkas Stevanus.

jurnalis : Muhamad Dastian Yusuf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *